๐Ÿ‡ฎ๐Ÿ‡ฉ Bagaimana Teknologi Blockchain Dapat Membantu Krisis Pengungsi

Versi dokumen orisinil: How Blockchain Can Help in the Refugee Crisis
Dipublikasikan pada tanggal 28 Agustus 2023
Ditulis oleh Frederik Gregaard
Terjemahan ke dalam :indonesia: Bahasa Indonesia oleh @andreassosilo
(Translated to Indonesian language by @andreassosilo)


Bagaimana Teknologi Blockchain Dapat Membantu Krisis Pengungsi

Ditulis oleh Frederik Gregaard | Chief Executive Officer dari Cardano Foundation

Krisis pengungsi merupakan salah satu isu kemanusiaan terbesar dalam zaman kita โ€“ dan kemampuan kita untuk bertindak terhambat oleh kurangnya identifikasi yang dapat diandalkan, mekanisme pendanaan amal terbatas, serta infrastruktur yang gagal untuk mengadopsi teknologi baru dengan cepat.

Menurut Bank Dunia, sekitar 850 juta orang di seluruh dunia masih belum memiliki identifikasi resmi. Kami menyadari bahwa hal ini secara tidak proporsional mempengaruhi kelompok paling rentan dalam masyarakat kita, seperti para pengungsi. Laporan menunjukkan bahwa 70% dari pengungsi Suriah tidak memiliki kartu identitas nasional saat memasuki negara tuan rumah, sehingga menjadi lebih sulit untuk memperoleh dokumen tinggal.

Tanpa akses ke dokumen-dokumen tersebut, para pengungsi menghadapi tantangan tambahan yang sulit diatasi dalam memperoleh layanan sosial penting, perlindungan hukum, dan peluang ekonomi. Dalam banyak kasus, para pengungsi yang tidak memiliki dokumen resmi, tidak hanya menjadi tidak terlihat dan tidak memiliki suara, tetapi juga tidak berdaya di komunitas tuan rumah, tidak dapat membuktikan keberadaan mereka atau mengakses hak asasi manusia yang paling dasar.

Laporan terbaru oleh Dewan Pengungsi menunjukkan bahwa Inggris mengirim ratusan pengungsi anak ke pusat detensi orang dewasa karena ketidakmampuan pihak berwenang untuk memverifikasi usia mereka. Kurangnya dokumen yang memadai telah mendorong para pengambil keputusan untuk menggunakan metode yang kurang dapat diandalkan seperti penilaian usia gigi.

Di Swiss, pemerintah baru-baru ini menutup konsultasi untuk menentukan jenis data digital apa yang dapat diverifikasi oleh polisi perbatasan pada ponsel pencari suaka dalam ketiadaan cara lain untuk menentukan kewarganegaraan atau perjalanan individu. Jumlah permohonan suaka sebanyak 24.511 diterima pada tahun 2022 mengalami peningkatan sebesar 64,2% dibandingkan dengan tahun 2021, yang berarti pembaruan yang diusulkan terhadap hukum imigrasi ini dapat membantu juga dalam memproses jumlah yang semakin besar dari orang yang mencari perlindungan. Dan mengingat bahwa, seperti Swiss, pada tahun 2022 negara-negara anggota Uni Eropa juga mengalami peningkatan dramatis sekitar 50% dalam jumlah permohonan dibandingkan tahun sebelumnya, kebutuhannya menjadi semakin jelas dan mendesak.

Bagaimana blockchain membantu

Solusi berbasis blockchain dapat membantu mengatasi krisis identitas global ini, serta berbagai masalah lain yang dihadapi oleh para pengungsi. Blockchain menawarkan buku besar (ledger) yang tidak dapat diubah, terdesentralisasi, dan transparan yang dapat dengan aman menyimpan dan mengonfirmasi data. Baik diterapkan pada identitas digital atau pada penyederhanaan operasi pendanaan, hal ini memungkinkan pembuatan catatan permanen dan dapat diverifikasi secara universal, bahkan ketika dokumen fisik telah hilang.

Bukan hanya itu, tetapi dengan identitas digital yang aman, para pengungsi dapat dengan mudah mengakses layanan penting seperti perawatan kesehatan, pendidikan, dan layanan keuangan. Selain itu, identitas digital yang diakui secara universal dapat memfasilitasi proses hukum dan birokrasi yang terlibat dalam mencari suaka dan penempatan kembali. Pendekatan revolusioner ini akan memberdayakan para pengungsi untuk segera menjadi peserta aktif dalam komunitas tuan rumah mereka, memungkinkan mereka untuk membangun kembali hidup mereka dengan martabat dan ketahanan.

Thailand dan India Menunjukkan Jalan

Proyek yang dipimpin oleh International Rescue Committee dan iRespond, yang mengembangkan identifikasi digital bagi orang-orang yang terpaksa mengungsi di kamp-kamp pengungsi Thailand, menyoroti potensi teknologi ini. Pemberian makanan yang tidak memadai dan prospek jangka panjang yang terbatas telah menyebabkan keinginan bagi para pengungsi, setengah dari mereka lahir di kamp-kamp, untuk pergi. Tidak hanya setengah dari mereka tanpa kewarganegaraan dan tanpa identitas, tetapi banyak dari mereka menderita penyakit kronis tanpa cara untuk mengakses catatan medis setelah mereka meninggalkan kamp-kamp. Proyek uji coba ini bertujuan untuk meningkatkan perawatan medis bagi pengungsi, memberikan portabilitas kredensial, dan membantu mengamankan pekerjaan bagi 35.000 orang yang terpaksa mengungsi.

Di India, proyek Million Meals, yang menyediakan makanan bagi anak-anak dari rumah tangga berpenghasilan rendah, telah mulai menggunakan teknologi blockchain untuk menyederhanakan dan meningkatkan akurasi informasi yang diterima dari anak-anak dan sekolah-sekolah. Inisiatif ini โ€œtidak hanya meningkatkan efisiensi sambil memberikan dorongan pada operasi, tetapi juga memastikan standar kualitas terpenuhi sambil meningkatkan jumlah makanan yang disajikan.โ€

Bantuan Blockchain untuk Organisasi Amal

Penggunaan blockchain dalam bidang kemanusiaan semakin meluas dan beragam, yang tidak hanya menunjukkan fleksibilitas teknologi tetapi juga keunggulannya. Bahkan, inovasi blockchain telah berhasil membekali lembaga amal kemanusiaan dengan tingkat konsistensi dan kepastian tambahan.

Ketidakmampuan lembaga amal untuk merencanakan jangka panjang telah menjadi tantangan yang tidak dapat dihindari, diperparah oleh keterbatasan pola pendanaan tradisional. Proyek yang baru saja diluncurkan oleh Switzerland for UNHCR bekerja sama dengan Cardano Foundation, memungkinkan para donatur untuk mendeklegasikan dana ke stake pool yang secara otomatis mengalokasikan potensi imbalan kepada dukungan misi Switzerland for UNHCR. Alih-alih bentuk filantropi kripto tradisional di mana para donatur memberikan sumbangan kripto langsung ke lembaga amal, ini memberi kesempatan kepada para donatur untuk membantu secara berkelanjutan sambil tetap mempertahankan delegasi stakenya yang asli.

Dari sumber pendanaan hingga identifikasi digital, satu hal yang jelas: blockchain memiliki potensi untuk menjadi pemerata besar, memberikan cara inovatif dalam mengatasi beberapa masalah administratif yang membuat pencarian perlindungan semakin sulit. Dengan teknologi dan kasus penggunaan yang sekarang berada pada tahap di mana mereka memiliki kapasitas untuk secara substansial memfasilitasi operasi harian, adopsi luas solusi blockchain kemanusiaan harus menjadi salah satu prioritas utama industri ini. Inovasi terus-menerus dalam industri, bersama perhatian pembuat kebijakan, mungkin saja menjadi katalis yang tepat untuk transformasi ini.

Baca edisi bahasa Jerman di BTC-ECHO.