Dipublikasikan pada tanggal 17 Feb 2022
Ditulis oleh andre cahyadi (@prosperaan)
Untuk komunitas Cardano Indonesia
Referensi:
Post ini berasal dari hasil DYOR penulis sendiri.
Jika ada yang mau menyanggah atau kurang tepat, penulis siap merevisi
Rumus:
Velocity = Total Transaction Volume / Average Network Value
Average Network Value = Total Transaction Volume / Velocity
Cara Menghitung:
Idealnya pakai data trading volume selama 1 tahun
Yang biasa dipakai:
Trading Volume 24h / Total Market Cap
Total Market Cap:
Total Circulating Supply * Price
Kondisi I:
Velocity mendekati 0 mutlak → tidak ada atau semakin jarang yang buy/sell coin(token) tersebut → likuiditas minim → harga coin(token) dari tinggi menjadi turun karena terpaksa dijual di bawah nilai intrinsiknya
Kondisi II:
Velocity sangat tinggi karena transaksi coin(token) sangat banyak → total transaction volume besar → namun average network value-nya konstan karena harga coin(token) yang stagnan
Cara Menyeimbangkan:
Coin(token) perlu velocity agar nilai intrinsiknya menjadi maksimal. Selain itu sebisa mungkin, coin(token) juga tidak diperjualbelikan secara cepat seperti aset yang tidak berharga yang di-masking dengan transaction volume yang besar.
Oleh karena itu dibutuhkan, liquidity premium, yakni kompensasi tambahan yang dibutuhkan untuk berinvestasi di token tersebut sehingga tidak akan dengan mudah menjual atau mengkonversinya ke cash atau aset lain di fair market value.
- Untuk meningkatkan Velocity: melalui pre-sale dan marketing
- Untuk meningkatkan Average Network Value (& Liquidity Premium) dan mengurangi Velocity:
- Profit sharing mechanism
Network memberikan insentif kepada coin(token) holders atas kerja yang sudah dilakukan dalam bentuk coin(token) juga.
Contoh: PoW di BTC, ETH, dll - Staking dan staking rewards
Beberapa bahkan memberikan insentif lebih untuk melakukan locked staking. Contoh: PoS di ADA, ALGO, XTZ, DOT, ATOM, dll - Balanced burn and mint
Saat ini ada coin(token) yang di-burn saja (membuat efek deflasi dan meningkatkan harga) tanpa minting yang baru lagi. Secara jangka panjang, hal ini seperti memberikan insentif yang aneh kepada para holder yang dapat memicu volatilitas karena meningkatnya spekulasi.
Dengan adanya balanced burn and mint, akan muncul hubungan yang lebih berkesinambungan antara penggunaan coin(token)/transaction volume dengan harga coin (token) sendiri/network value.
Contoh: ETH
Catatan: inflasi dari proses minting adalah proses yang tricky karena harus di-trigger secara manual, tidak seperti smart contracts yang dapat auto-inflate - Menjadi store of value
Dapat dikatakan hal ini adalah tujuan final dari setiap aset yang diciptakan, dimana mayoritas orang berlomba - lomba mengumpulkan aset ini dan tidak akan bersedia untuk dijual walaupun penggunaannya sangat terbatas.
Contoh: BTC